BP Tapera hadiri talkshow interaktif yang diselenggarakan oleh Solopos Media Group (SMG) bertajuk Solusi Inovatif Untuk Hunian Terjangkau Milenial dan Gen Z  di Radya Litera Multifunction Hall Griya Solopos, pada Rabu (28/8/2024).

Hadir pada kegiatan ini Presiden Direktur SMG, Arif Budisusilo dan Kepala Divisi Penyaluran Pembiayaan BP Tapera, Alfian Arif, Kasubdit Kemudahan dan Bantuan Pembiayaan Perumahan Dirjen Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan Kemen PUPR, Samson Sibrani, Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah Suhartono, serta Pakar Perencanaan Perumahan dan Pemukiman Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Winny A sebagai narasumber. Kegiatan ini juga turut dihadiri dari kalangan perbankan, serikat pekerja, dan pemerintah daerah setempat. Presiden Direktur SMG, Arif Budisusilo menyebut perumahan menjadi isu yang penting, strategis, dan menarik karena berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat.

Talkshow yang dipandu oleh Pemimpin Redaksi SMG, Rini Yustiningsih ini mengundang 90 peserta dari kalangan pengembang dari Real Estate Indonesia (REI), Himpunan Pengembang Pemukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra), Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi).

Kepala Divisi Penyaluran Pembiayaan BP Tapera, Alfian Arif menyebut saat ini backlog perumahan di Indonesia sebesar 9,6 juta unit. Angka ini menurun dibandingkan lima tahun sebelumnya yang tercatat 12,7 juta unit. Penurunan ini tidak lepas dari beragam program kolaboratif dengan berbagai pihak. Pihaknya mengaku optimistis Indonesia bisa mencapai zero backlog pada 2045 mendatang.

“Kami optimistis tercapai, dengan cara subsidi. Jadi 1 juta rumah di pedesaan, 1 juta rumah di perkotaan, 1 juta rumah di pesisir. Itu sangat efektif,” terang Alfian. Ia juga menguraikan realisasi pembiayaan perumahan  tercatat sebanyak 116.895 unit senilai Rp14,4 triliun hingga 27 Agustus 2024. Angka tersebut berasal dari fasilitas likuditas pembiayaan perumahan (FLPP) untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) atau rumah subsidi dan pembiayaan tabungan perumahan rakyat (Tapera).

Jika dikategorikan berdasarkan pekerjaan, pegawai swasta menjadi kelompok terbanyak untuk mengakses pembiayaan tersebut yaitu sebesar 77,29%. Selain itu, menurut Alfian, anak muda pada usia 19-30 tahun menjadi kelompok usia terbesar yang mengakses pembiayaan FLPP. Mayoritas orang yang mengakses pembiayaan FLPP berpenghasilan mulai dari Rp2 juta hingga Rp4 juta.

Artinya anak muda dan pekerja bergaji sesuai upah minimum juga memiliki kesempatan untuk mempunyai hunian. BP Tapera juga melakukan roadshow ke beberapa pemerintah daerah untuk mendorong pegawai negeri sipil (PNS) dapat mengakses fasilitas pembiayaan Tapera. Alfian menyebut masih terdapat lebih dari 3.800 unit rumah yang bisa diakses PNS melalui Tapera. Hal ini juga sebagai alternatif pembiayaan selain FLPP yang terbatas.

Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah (Jateng), Suhartono menyebut anak muda mempunyai preferensi terkait rumah impian mereka. Kaum milenial dan Gen Z cenderung menyukai lokasi perumahan yang dekat dengan fasilitas transportasi umum, seperti stasiun dan terminal. Anak muda juga cenderung ingin memiliki rumah yang dekat dengan pusat kota yang lengkap dengan ruang terbuka hijau. “Namun ketika mengajukan pembiayaan, anak muda seringkali tidak disetujui oleh perbankan karena skor sistem layanan informasi keuangan (SLIK) atau dulunya dikenal dengan BI Checking. Kaum muda yang mengakses pinjaman online (pinjol) atau layanan paylater juga berdampak terhadap karakter calon nasabah sebagai pertimbangan penyaluran kredit,” ungkap Suhartono.

Selain masalah finansial tersebut, Kasubdit Kemudahan dan Bantuan Pembiayaan Perumahan Dirjen Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan Kemen PUPR, Samson Sibrani menilai program Tapera bisa menjadi salah satu cara untuk menjawab kebutuhan rumah generasi muda. “Memang untuk membagi segmentasinya, jadi konsepnya [Tapera] gotong royong. Misalnya sebagai pekerja menabung 3%, dan 0,5% ditanggung pemerintah. Secara tidak langsung mendapat akumulasi tabungan itu,” paparnya.

Pakar Perencanaan Perumahan dan Pemukiman Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Winny A., menjelaskan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi generasi muda harus melibatkan peran pemerintah, perbankan, dan pengembang perumahan.  Keterlibatan multisektor ini diharapkan bisa meningkatkan daya beli terhadap rumah dan mengurangi gap harga rumah yang semakin tinggi dan tidak diimbangi oleh kenaikan gaji yang signifikan.

Kepala Divisi Penyaluran Pembiayaan BP Tapera, Alfian Arif menutup segmen talkshow ini dengan menghimbau kepada seluruh pihak yang ada dalam ekosistem perumahan untuk saling bersinergi dan berkolaborasi untuk mewujudkan rumah layak huni bagi masyarakat.