Jakarta, 19 Desember 2022. Dalam rangka memperoleh gambaran kondisi perekonomian dan pasar serta prospek perumahan tahun 2023, sebagai  dasar penyusunan rencana dan strategi investasi serta penyaluran pembiayaan perumahan, maka BP Tapera mengadakan Economic Outlook dan Prospek Sektor Perumahan 2023 pada hari Senin (19/12) di Hotel Borobudur, dengan tema: “Blessing the positive growth, Facing the recession Ahead,”.

Hadir dalam pertemuan tersebut, Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan Kementerian PUPR, Herry TZ, Komisioner BP Tapera, Adi Setianto dan Jajaran Deputi Komisioner BP Tapera, Chief Economist Bank BTN, Winang Budoyo, Executive Director Indonesia Property Wacth, Ali Tranghanda, Akademisi, Ruslan Prijadi dan perwakilan dari Kementerian Keuangan, Kementerian PUPR, OJK, Kementerian Ketenagakerjaan, Bank Penyalur dan Manajer Investasi.

Menurut Komisioner BP Tapera, Adi Setianto, tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk mendapatkan  gambaran prospek perekonomian baik global maupun domestik  dan implikasinya terhadap tingkat bunga serta  pertumbuhan  sektor keuangan (pasar keuangan dan pasar modal) sehingga menjadi dasar prospek sektor industri perumahan khususnya  perumahan MBR tahun 2023. Disamping juga untuk mendapatkan gambaran sumber dana pembiayaan jangka panjang berkelanjutan  yang tersedia di pasar modal maupun investor lainnya. Adanya kecenderungan investor asing masuk dalam sebulan terakhir memberikan ruang opmisme untuk meningkatkan penghimpunan sumber dana pembiayaan perumahan. Pasar yang dinamis dan terus bertumbuh menjadi prospek investasi bagi dana yang digunakan pada pembiayaan perumahan sehingga informasi tersebut akan menjadi dasar penyusunan strategi dan rencana investasi finansial. “Kami ingin mendapatkan gambaran prospektif  potensi  sumber dana untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan perumahan MBR sebagai bentuk mengembangkan sumber dana lain selain  dana simpanan peserta maupun dana APBN yang selama ini menjadi sumber dana penyaluran pembiayaan rumah MBR ” ujarnya menjelaskan.

Walaupun tetap diperlukan kewaspadaan menjelang memasuki tahun 2023 namun optimisme tetap harus dibangun. Terdapat  beberapa indikasi positif yang bisa memacu semangat, untuk terus mendorong industry perumahan  di tahun 2023 antara lain pertama secara year to date terdapat 24 negara di dunia yang telah mengeluarkan data GDP Q-3 tahun 2022, terdapat 15 (lima belas) negara (62,5%) mengalami perlambatan ekonomi, 2 (dua) negara (8,3%) stagnan dan hanya 7 (tujuh) negara (29,2%) yang mengalami pertumbuhan ekonomi termasuk Indonesia. Kedua kenaikan suku tingkat bunga relative moderat sebesar 175 bps dibandingkan negara lain menunjukkan  bahwa kebijakan moneter yang dipadukan  dengan kebijakan fiskal yang terukur efektif  untuk meredam peningkatan inflasi  lebih lanjut.

Data BPS juga menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2022 mencapai 5,72% secara tahunan dan tumbuh 1,81% secara kuartalan. “Ekonomi Indonesia relatif kuat dalam menahan tekanan inflasi mengingat secara fundamental Indonesia  mengalami surplus perdagangan 30 bulan berturut -turut  karena berkah komoditas yang diikuti dengan kombinasi bauran kebijakan moneter sehingga penyesuaian tingkat bunga tidak agresif dibandingkan dengan negara – negara lain,” ungkap Adi Setianto memaparkan.

Berbagai bauran kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia bersama  Pemerintah mulai dari peningkatan Giro Wajib Minimum (GWM), peningkatan tingkat bunga terukur, serta kebijakan pendukung lainnya  cukup efektif menjaga tingkat inflasi pada tingkat yang akseptabel. Sehingga IMF dalam rilis terakhir memperkirakan Indonesia tumbuh 5,3% tahun ini dan 5% pada tahun 2023.

“Kami optimis, bahwa industri perumahan, khususnya perumahan subsidi masih menjanjikan di tahun mendatang. Kreatifitas skema pembiayaan serta  dukungan stakeholder dari ekosistem perumahan  diyakini akan mampu  mewujudkannya,” ujar Adi Setianto optimis.

Tahun 2023, FLPP ditargetkan sebanyak 220.000 unit senilai Rp25,18 triliun. Sedangkan untuk pembiayaan Tapera sebanyak 10.000 unit senilai Rp1,05 triliun. Tercatat, realisasi penyaluran dana FLPP per 14 Desember 2022 sebesar 216.029 unit senilai Rp24,03 triliun. Sehingga penyaluran dana FLPP dari tahun 2010 – 2022 sebesar 1.159.608 unit senilai Rp99,21 triliun.